-10 tahun kemudian-
Kriiiiiiing kriiiiiing, bel rumah Irza
berbunyi dua kali. Irza mengecilkan volume tivi nya dan memakan sedikit snack
ringan yang ada di atas meja ruang nontonnya. Kriiiiiing. Bel rumahnya kembali
bunyi lagi. “iya tungguuu” Irza pun segera membuka pintu dan keluar. Didepan pintu
rumah Irza ada seorang kurir paket menunggu. Pakaiannya lusuh seperti seragam
yang setiap hari dipakai nya. Membawa motor berwarna hitam dengan mesin yang
masih menyala. Seperti akan pergi lagi ketempat lain dengan cepat.
“ada
saudara Irza nya mas? Ini ada paket” bapak itu bertanya sambil melepas helmnya.
“iya saya sendiri. Hah paket? memang nya
saya pesan?” jawab Irza. Akhir-akhir ini Irza tidak pernah lagi membeli paket.
Biasanya juga buku atau baju yang dibelinya. Tapi dari bentuk paketnya memang
seperti buku.
“ini ada orang kirim ke mas nya sendiri.
Bisa tolong tanda tangan disini mas?” dia memberikan secarik kertas tanda bahwa
paket sudah diterima dan sebuah pulpen.
“dari siapa ya pak?” sambil Irza memberikan
tanda tangan dan sedikit bingung. “dilihat sendiri aja mas dari siapa? Hehehe
makasih ya mas” bapak itu pun segera pergi terburu-buru sepertinya ada banyak
paket yang harus diantarnya
Irza melihat tulisan di kertas paket
tersebut “irta? Irta Feroza.Teman sma gue?” gumam Irza. Bagaimana mungkin Irta
masih ingat Irza? Sedangkan Irta dulu tidak suka sama rza, dan mungkin Irta
udah berkeluarga. Dibukanya paket tersebut. Sebuah novel berjudul ‘Kenangan
Ketika Aku SMA’ “hah? Irta sekarang seorang penulis? Penulis novel? Masa?”Irza
tampak tidak
percaya dengan novel yang dia pegang.
Memang Irta sewaktu sma memiliki bakat
menulis. Dari smp dia sudah mulai menulis di blog. Irza sangat sering dan suka
membaca blog dia. Ya karena Irza dulu suka dengan Irta. Tapi sampai sekarang Irza
tidak pernah bilang bahwa dia suka. Hanya sekedar secret admirer.
Ketika Irza membuka buku tersebut, tertulis
di lembar pertama, “Untuk Irza Hernandez
yang Telah Memberiku Banyak Kenangan Semasa SMA”
Irza kembali ke kamarnya, dan sesegera
mungkin membaca buku itu. Dia sangat terharu sekali, dan sangat bangga sekali. Teman yang
dulu ia cintai ternyata masih ingat dengan Irza. Terasa seperti hal yang sangat
tidak mungkin. Sekarang Irza lahh yang harus berterima kasih kepada Irta.
Terima Kasih Irta Feroza
-tamat karena malas-
Selesai ditulis 22.07.14
Comments
Post a Comment