Baru, kemarin aku kembali ke fase dimana aku mencintai
seseorang. Perempuan tulen, utuh, dan masih bernafas. Tapi aku takut. Tapi sepertinya
dia tidak. Bagaimana ini? Bagaimana dia agar tahu kalau aku menyukainya, dan
bagaimana aku tahu kalau dia menyukaiku? Atau jangan2, dia tidak sama sekali,
suka, apalagi cinta.
Baru, malam ini aku kembali ke fase dimana aku mencintai
seseorang. Dia begitu istimewa bagiku, tapi juga begitu mengkhawatirkan. Dia dapat
mengaturku sebagaimana Tuhan mengatur hamba-hamba-Nya. Dia begitu kuat, dengan
segala kecantikan dan kebaikan diri. Dia yang aku cintai.
Baru, esok hingga kapan aku kembali ke fase dimana aku
mencintai seseorang. Entah dia benar akan menjadi realita bersamaku atau tetap
didalam khayalanku? Entah dia akan mengucapkan “selamat tidur” atau “istirahatlah
sayang” atau “aku juga mencintai mu.” Entah dia benar-benar nyata bagiku atau,
dia hanya penghias khayalku sebelum tidur apabila aku hendak menginginkan mimpi
indah? Aku kembali berharap.
Baru, kemarin, malam ini, hingga kapan, aku tetap
membutuhkan cahaya sebagai penuntun dalam kesuraman diri ini. Aku membutuhkannya,
dan aku lebih gelap mata dalam melihat sesuatu lain disekitarku, karena kau,
yang menuntunku!
-CH 28-08-15
Comments
Post a Comment