Ini masih belum
selesai.
Ini melibatkan hati.
Keinginan ku untuk tidak menjadi. Kalau aku ingin masuk Hindu, tapi teman2
nyuruh aku untuk menjadi Buddha, kenapa aku harus? Apakah itu benar? Sesuatu
yang merupakan keinginan sebuah kelompok untuk menjadikan diri seseorang yang
berbeda, apakah itu baik? Bukan kah Itu malah membuat kebohongan? Kalau begitu,
aku akan menjadi seorang munafik? Karena selama setahun kedepan aku akan
menjadi orang yang berbeda. Orang yang kalian kehendaki untuk menjadi. Apakah
kalian mau dipimpin oleh seorang munafik?
Aku takut.
Karena ini masalah
hati. Ingat. Engkau mungkin bisa menjadi diri orang lain, tapi engkau tidak
bisa membuat orang lain seperti dirimu.
Kenapa kalian sibuk
mencari orang yang pas untuk menjadi, kenapa kalian tidak sibuk untuk menjadi
orang tersebut. Orang yang kalian inginkan.
Tapi kalau ketakutan
teman2 karena tidak adanya penerus nanti, aku lebih takut karena menjadi orang
itu, ditambah lagi keinginan hati ku yang berbeda. Kacau sudah.
Aku takut sekaligus.
Kenapa kalian malah
menarik orang-orang yang aktif diluar untuk masuk kedalam? Bukankah itu
mematikan langkah hubungan? Banyak orang2 yang didalam yang masih memiliki
potensi dan keinginan untuk menjadikan ini lebih baik dan lebih maju. Apakah
tidak menimbulkan kecemburuan terhadap orang lain yang sudah bergelut disini
ketika ada orang lain masuk kedalam rumah dan langsung mengatur-atur?
Tidak takutkah kalian
atas kepercayaan kalian? Menurut kalian mungkin benar, tapi kalau menurut Tuhan
salah, kau bisa apa? Aku toh pasti tidak akan lupa dengan rumah ini, kita lahir
dari teriakan yang sama di malam itu, dari sambutan hangat selamat datang, dari
keresahaan bersama, dan dari tawa dan senyum kita semua.
Aku takut. Sekaligus
berterima kasih, atas kecemasan ku.
Choirul Hidayanto
04-12-2015
Hidup adalah penyesalan.
“Hidup hanya menunda
kekalahan kata Chairil Anwar, hidup hanya menunggu penggorokan kata Agus Noor,
tetapi Hidup adalah perjuangan bung! Kata sperma.”
Ini yang sedang aku alami. Lebih banyak menyesal ketimbang
bersyukur, atas apa yang sudah banyak perkataan perkataan baik dan sungguh
manis dilimpahkan dan dipercayakan kepadaku tetapi aku menyianyiakannya. Aku
membuang kepercayaan yang sudah dibangun orang-orang kepada ku, dengan alasan
aku yang menurut salah satu teman ku itu tidak rasional. Yaa tapi itulah aku.
Aku yang selalu ingin bebas. Menjadi elang, terbang melawan angin, melayang
sesuka ku, kemudian menukik tajam untuk mendapatkan mangsa. Aku yang memiliki
keyakinannya sendiri. Aku yang lebih percaya kepada diriku dan kepada Tuhan.
Aku yang senang tanpa disuruh dan aku yang bingung karena masalah yang aku buat
sendiri.
Tapi terimakasih teman-teman semua, atas kepercayaan kalian,
atas kebaikan hati kalian, atas pertemanan ini. Maaf, kadang kala aku harus
menerima kekecewaan ku atas orang lain, dan kali ini, aku menjadi satu satu nya
orang yang mengecewakan teman2. Mudah-mudahan ini bisa menjadi pelajaran bagi
teman-teman untuk tidak mudah mempercayai siapa saja, bahkan orang yang kalian
cintai.
Aku yang sekarang sedang ketakutan. Aku sudah melepas 2 kali
kepercayaan teman-temanku, dan akan menjadi apa aku kedepannya. Aku bingung,
haruskah aku menyesal atau bersyukur? atau nantinya, mungkinkah aku bersyukur
atas penyesalan yang aku lakukan.
Comments
Post a Comment