Oi, aku rindu. Dengan masa lalu
aku bersamamu. Ketika saat aku melihatmu, bukanlah senang dan tentram dalam
hati yang kuterima, tetapi gundah dan gusar yang kurasa. Aku ingat sekali, kamu
sering berganti foto di laman media sosialmu, aku selalu perhatikan, terkadang
juga aku simpan beberapa foto-foto dirimu. Setelah kemudian kamu berpacaran
dengan kekasihmu itu. Pacar yang pada awalnya adalah seperti permen, begitu
manis, manis sekali dan menyejukan, setelah berapa lama manisnya pun hilang,
begitu juga dengan rasanya, dan kemudian permennya. Lenyap tak bersisa kedalam
lidah.
Pada kesempatan itu, kamu seakan
memamerkan kemesraan melalui gambar, agar seluruh manusia, tidak, seluruh dunia
tahu bahwa kamu adalah miliknya dan kalian sedang berpacaran, yang artinya
tidak boleh ada seorangpun merebut salah satu dari kalian untuk dijadikan
kekasih. Itu sudah barang tentu!
Aku di belakang layar hape sambil
tersenyum dan menahan sakit bertanya: “kapankah siksaan ini akan berakhir.”
Tapi kenapa aku menanyakannya? Katanya ‘asal kamu bahagia, aku turut bahagia’,
tapi ah tai lah itu semua. Aku menunggu kalian berpisah bukan untuk mendekat
lagi denganmu, lebih dari itu, ayolah, buat yang lebih menarik, apa lagi selain
untuk menertawakanmu? Tapi kenapa aku mesti tertawa, bukankah itu jahat? Ah
tidak juga. Itu hanya hiburan untuk diriku sendiri, karena sudah membayangkan
waktu-waktu yang aku habiskan untuk bisa membahagiakanmu dan berharap bisa
bersamamu dan terus bersenang-senang, tapi itu semua adalah imajinasi bodoh,
dan yang bisa seperti itu adalah kekasihmu itu. Ya, yang itu.
Setiap bulan bertambah, tambah
lagi foto-foto baru, perjalanan kesana-kesini kamu pamerkan dan bagikan ke
orang, tidak lupa dengan deskripsi singkat nan romantis yang menyebutkan betapa
beruntungnya kamu bisa mendapatkan kekasih sepertinya, untuk kemudian kekasihmu
itu membalas berupa komentar dengan kata-kata yang manis pula dan pujian
terhadap dirimu. Aduhaiii!!! Indahnya konstruksi dunia kalian berdua.
Seandainya aku bisa masuk ke dalam dunia kalian, lalu menjual Me-zone seperti
di lorong-lorong bis antar kota. Mijon mijon mijonnya mbak, mas mijon? Mijon
mijon! Maka rusaklah keromantisan kalian dengan aroma asam ketek yang permisi
bolak-balik.
Berbulan-bulan telah aku lewati,
kamu masih bersamanya, tapi sudah mulai jarang mengekspos diri sendiri atau
bersama pacar. Mungkin sibuk, mungkin malas, mungkin bosan, mungkin juga
bertengkar. Ups. Siapa tahu? Semua itu ‘kan hanya kemungkinan-kemungkinan. Tapi
aku harap jangan. Janganlah kalian berdua putus karena hal-hal sepele. Putus
pacaran karena hal yang besar saja, seperti misalnya ternyata kekasih kamu itu
transgender dan kamu tidak bisa menerimanya. Atau, ternyata kekasih kamu
ternyata adalah seekor badak bercula satu yang sedang menyamar jadi manusia
tampan, kaya raya, sombong, dan selalu serius. Atau, ternyata kekasih kamu
kulitnya terbuat dari alumunium foil, sehingga kalau terbakar bukannya hangus
tetapi malah jadi presto atau mashhuman, mirip dengan mashpotato.
Dan, baru kemarin rasanya aku
berusaha mendekat denganmu, dengan segala cara-cara yang aku harap bisa kamu
terima dan membahagiakanmu. Dan, baru kemarin rasanya aku melihat kamu dengan
kekasihmu saling mencintai dan menyayangi, menunjukan ke orang-orang, ah tidak,
ke dunia bahwa kamu dan kekasihmu sangat saling cinta. Dan, kenapa kemarin juga
aku melihat kalian berdua saling hapus menghapus foto? Foto-foto berharga
kekasih kalian, pacar kalian, yang selalu kalian puji-puji setiap waktu, yang
selalu kalian utamakan, prioritaskan, dahulukan pada urusan apapun, yang selalu
menemani kalian setiap waktu hampir 20jam sehari, yang selalu menjadi tempat
penampung cerita, keluh kesah, sekaligus pemberi solusi, yang selalu kamu
idam-idamkan untuk dapat hidup bersama, selamanya. Yang ternyata sudah sejauh
ini kamu baru sadar, bahwa kalian berdua tidak cocok. Kemanakah foto-foto itu?
Bukankah setiap foto adalah kenangan yang berharga? Kenapa kamu dan kekasihmu
itu tapi sekarang sudah bukan lagi kompak menghapus kenangan-kenangan itu?
Apakah yang membuat kalian berdua
sanggup untuk melupakan itu semua? Segala bentuk kesenangan dan kasih sayang.
Hal-hal apakah yang akhirnya dapat memutuskan untuk saling menghapus dan
menghilangkan satu sama lain? Kejadian apakah itu? Atau rintangan apakah yang
akhirnya membuat kalian berdua terjungkal masuk ke dalam lubang perpisahan?
Disini, aku tertawa cekikikan
berimajinasi tentang skenario-skenario apa yang akan terjadi kedepannya. Apakah
kalian terus berpisah atau bertemu kembali untuk berharap dapat berpisah lagi,
begitu seterusnya. Aku rindu, dengan apa yang telah aku lewati dahulu. Dengan
rasa senang dan sakit yang datang bersamaan dan yang selalu melekat dalam diri
ini adalah serpihan-serpihan rasa sakit itu. Aku rindu dengan harapan-harapan
kosong atau mungkin istilah lainnya adalah “khayalan si gembel” yang kita
sama-sama tahu bahwa harapan itu tidak akan terjadi. Aku rindu dengan semua
itu, yang membuat aku seperti orang yang tak berotak dan sulit untuk berpikir
karena ketika aku bertemu dengan kamu, aku seperti sedang mannequin challenge.
Tai.
Dan,
Sialan! Sedang apa aku disini
menulis tentang hidup dua orang yang sebenarnya tidak perlu aku pusingkan? Apa
mungkin karena negara ini hobi sekali sibuk mengurusi hidup orang lain, jadi
rakyat-rakyatnya pun juga ikut-ikutan. Maafkan aku yang hanya duduk disini
sambil memutar kembali memori dan lalu untuk ditertawakan bersama-sama. Karena,
hidup ini adalah lelucon, bukan?
Ch 19-02-2017
Comments
Post a Comment