Pernahkah kamu merasa menyesal
pernah terlahir ke dunia ini? Pernakah kamu berpikir bahwa apa-apa yang kamu
lakukan di dunia ini adalah tentang melupakan dan dilupakan?
Jika dilahirkan kembali ke dunia,
aku ingin menjadi sehelai daun basah yang rontok dari pohon untuk kemudian
menyatu dengan tanah, lalu diinjak-injak oleh siapapun atau apapun yang lewat,
dan tak ada yang mengetahui keberadaanku, selamanya.
Jika tidak, bolehkah aku menjadi
satu buah tebing setinggi 800meter hanya agar dipajang, dijemur, dibor,
dipanjat, dijajah kaki tangan pemanjat, diabadikan dalam foto, difilmkan, atau
dijadikan tempat wisata yang menarik dan bermanfaat bagi orang lain?
Atau, jika dilahirkan kembali ke
dunia, aku ingin menjadi debur ombak yang manghantam pelbagai jenis kapal-kapal
kayu dan besi, yang menjadi saksi tenggelamnya mereka, yang menjadi bising di
pinggir bibir pantai, yang menjadi penghapus setiap kenangan yang dibuat di
atas pasir basah, yang menjadi pemarah mengejar anak-anak kecil yang mencoba
melawan, menginjak-injak, meludahi, mengencingi diriku, atau yang menjadi
penyeret orang-orang yang dengan sombongnya menantang diriku.
Jika tidak, bolehkah aku menjadi
bisikin halus angin yang menghantam wajah-wajah ketika mengalami perpisahan
yang menyedihkan dari orang terkasih atau menjadi udara sejuk yang
menghangatkan tubuh-tubuh haus pelukan sekaligus mendinginkan raga yang
tenggelam dalam emosi pikiran dan jiwa?
Atau, jika dilahirkan kembali ke
dunia, aku ingin menjadi diriku sendiri, yang aku tahu dan mengerti bahwa arti
hidupku disini hanyalah sekadar untuk diabaikan oleh orang-orang yang aku
cintai; oleh orang-orang yang aku rindukan. Dan selain itu, supaya aku bisa
menertawakan kemalangan terhadap diriku yang berusaha mendapatkan perhatian
dari perempuan yang menurutku sangat menarik bila aku bisa bersama dia
selamanya.
Jika tidak, bolehkah aku menjadi
bagian dari dirinya? Untuk bisa mencintai bukan kepada diri yang lain, tapi
kepada dirinya. Karena aku mencintai jiwanya, bukan raganya. Karena aku
mencintai ideologinya, bukan tubuhnya. Karena aku hidup didalam pikirannya,
bukan rupa wajahnya.
-cH 18.03.2017 00:51
Comments
Post a Comment