Apa yang terlintas pertama kali
di otak anda ketika mendengar kata harapan? Palsu? Pulau? Doa? Kali ini aku
merasakan sebuah harapan yang luar biasa di pulau tersebut. Agar aku bisa
bertahan hidup dan terus berada di bumi. Kejadian bermula ketika aku dan teman-teman
berlibur ke pulau Harapan di Kepulauan Seribu.
Disana kami didampingi oleh pak
Edo, seorang warga lokal yang sangat baik, ramah, dan cekatan. Kami nge-camp di pulau Dolphin, tidak ada sumber
air, kamar mandi ataupun penduduk yang tinggal, sesuai dengan harapan. Di hari
kedua, kami memutuskan untuk berjalan-jalan ke sebrang, ada sebuah “pulau
siluman” yang akan bisa dipijaki bila air sedang surut. Kami berjalan-jalan
kesana dan mengambil foto, melihat pemandangan dan kepanasan. Setelah puas,
kami kembali ke pulau kami, dan tiba-tiba kakiku seperti ada yang menyengat.
Aku kaget dan merasa nyeri sekali. Aku berteriak dan berdzikir. Mudah-mudahan
tidak apa-apa. Teman-teman beranggapan, mungkin dicapit kepiting atau mungkin
terkena karang. Tapi rasanya seperti ditusuk pisau berulang kali. Dan setelah
satu jam sengatan itu, ada bengkak disekitarnya. Aku mulai bingung dan
mencari-cari info di internet. Dari ciri-ciri yang disebutkan, mirip sekali
dengan sengatan ikan pari. Lalu aku ingat Steve Irwin yang disengat pari dan
lalu meninggal dunia. Astaghfirullah. Aku belum pamit ke orang tua. Aku belum
mau mati. Disini tidak ada penduduk apalagi rumah sakit. Aku mencoba sms pak
Edo dan teman-teman mencoba menenangkan ku. Mereka menganjurkan untuk “coba
dikencingin lukanya” “minum aja susu yang banyak biar racunnya hilang” “coba
dibilas pakai air pantai, kan asin” “yah ntar malem kan mau bakar-bakar sosis,
tahan aja sampai besok” tapi rasa sakit itu linu dan perih sekali. 45 menit
kemudian pak Edo datang, lalu menghampiri kami dan melihat luka di kakiku. Dia agak
panik dan segera membawa kami kembali ke pulau harapan. Ditengah perjalan sore
itu, ombak sedikit tinggi karena sudah waktu air pasang. Tiba-tiba perahu pak
Edo mati kehabisan bensin. Ya Tuhan, semoga aku tidak mati diperjalanan ini.
Kami semua panik. Luka di kakiku semakin membengkak. Astaga, untungnya ada
sebuah perahu di belakang, langsung saja pak Edo numpang untuk diderek. Kami
tertolong dan bersyukur. Semua berjalan dramatis. Kemudian setelah sampai di
pulau Harapan, aku dan satu teman ku bersama pak Edo pergi ke puskesmas, tapi
sialnya puskesmas tersebut tidak bisa melakukan operasi. Ya ampun, aku mohon
Tuhan, sedikit lagi aku mau mati. Lukanya semakin membengkak dan semakin nyeri.
Kami dan pak Edo berusaha mencari puskesmas di pulau lain, yaitu di Kalapa Dua.
Akhirnya bisa dilakukan operasi dan racun pari tersebut dikeluarkan. Agak ngilu
ketika berjalannya operasi, tapi setidaknya bengkak dikakiku mengecil. Aku
bersyukur ditolong pak Edo. Malamnya kami menginap dirumah pak Edo. Bahwa hari
ini aku diajarkan untuk selalu berharap dan berdoa. Bahwa Tuhan selalu ada
disamping hambaNya. Dan aku masih bernyawa. Sampai sekarang.
Comments
Post a Comment