Pertama.
Sekarang ingatanku sudah mereda,
setelah semalam aku ingat sekali tentangmu, mungkin hanya seperempat yang dapat
kuingat, tapi inti dari keseluruhan cerita itu adalah, aku menggenggam
tanganmu, hangat dan halus, kedua tangan kita saling berpelukan, bahkan
terkesan tak ingin melepaskkan. Entah kenapa aku begitu bahagia mengetahui
bahwa masing-masing dari diri kita berharap tidak ingin melepaskan. Kita berjalan
menyusuri pinggiran kota, tangan kita masih menempel, tidak melemah. Terkadang aku
yang membawamu, terkadang kamu yang membawaku. Tapi dari kita tidak ada yang
merasa bahwa sedang digiring ke suatu jalan yang salah. Dan setelah berjalan
cukup lama, kita berhenti, saling pandang dan berhadapan.
Kedua.
Pada awalnya aku lupa apa yang kita
berdua lakukan. Tiba-tiba hanyalah aku berada dalam dirimu, kita saling memeluk
satu sama lain. Begitu erat dekapannya, seperti orang yang merindukan
kedatangan kekasihnya dari perang. Begitu hangat pelukannya, seperti orang yang
akan berpisah dan tahu kekasihnya takkan kembali. Selain pelukanmu, aku juga
mengingat aroma dari wangimu, wangi yang khas yang baru aku temui ketika
bersamamu. Harum itu tak bisa hilang, ia memutar di dalam kepalaku, memberikan
ketenangan juga kebahagiaan, karena aku tahu bahwa aku sedang berada di dekatmu.
Kenyamanan yang kamu berikan kepadaku selamanya akan selalu kuingat. Dari pelukan
itu, aku juga merasa ketakutan, mungkin itu adalah pelukan terakhir yang kamu
berikan. Aku berharap tidak melepasnya, tapi ingatan harus.
Ketiga.
Aku dan kamu berada diatas tempat
tidur. Aku memandangimu yang terlelap, aroma wangimu masih berkeliaran
di sekitar. Rambutmu, aku membelainya perlahan agar kamu merasa nyenyak dan
tidak terbangun. Bibirmu yang indah dan tebal, mungkin semanis buah kelengkeng.
Aku memerhatikanmu, selalu. Kemudian, tak lama kamu terbangun dan menatapku,
aku melemparkan senyuman, dan kamu terpejam lagi, tapi tanganmu meraih tanganku
untuk kita saling genggam. Lalu, kita berpegangan kembali, entah apa maksud
dari genggam ini, mungkinkah kita berharap untuk selalu dekat dan nyaman
ataukah kita ketakutan karena mungkin salah satu dari kita akan pergi? Yang jelas,
saat itu aku terus menggenggam tanganmu. Itu yang kuharap.
Ch
Comments
Post a Comment