Aku membeli kelapa muda sore ini, dan membayangkan:
Sang penjual kelapa sama sekali tidak tahu apa yang
dipikirkan oleh pembelinya.
Ada pula yang membeli kelapa tersebut hanya untuk memuaskan
idam-idaman istrinya, karena sedang hamil. Ia nurut dalam perintah, dan
mengeluarkan uang sejumlah yang dibayarkan. Ia sungguh pasrah melakukan itu, tanpa ada penyesalan meskipun terkesan
dipaksakan. Sang penjual tidak mengetahuinya.
Ada pula yang membeli kelapa tersebut untuk hadiah kepada
pacarnya, berharap mendapat pelukan dan ucapan terima kasih dari kekasihnya
itu. “Jangan pakai manis, karena pacar saya sudah manis.” Kali ini sang penjual
hanya mengetahui sedikit, selebihnya apa yang akan terjadi dia tak pernah tahu.
Sang penjual hanya mengupas kelapa, mengambil daging dan
airnya, ditambah dengan gula dan sedikit susu, setelahnya dijual, dibawa pulang
atau makan langsung, dalam bentuk plastik atau gelas. Sang penjual hanya tahu
itu.
Ada pula yang membeli kelapa tersebut untuk pengobatan suatu
penyakit tertentu atau memang untuk menjaga kesehatan. Mereka beli banyak yang
padahal mereka juga bisa ambil banyak-banyak di pohon. Tapi dengan sukarela
mereka membayarnya. Sang penjual tidak mengetahuinya.
Ada pula yang membeli kelapa tersebut karena kasihan melihat
raut wajah sang penjual yang seperti seharian belum makan dan dagangan belum
laku juga, ketika membelinya pun, ia sengaja melebihkan uangnya agar sebagai
sedekah kepadanya. Tapi, sang penjual tidak mengetahuinya.
Yang ia ketahui hanyalah sebuah pertanyaan “apakah ia
mencintai kelapa tersebut”, tapi dari kelapa itu ia bisa hidup.
24-07-2017
Ch
Comments
Post a Comment