Janji dan konfirmasi adalah dua
hal yang berbeda, kalau dua hal yang sama adalah janji dan promise, konfirmasi
dan confirmation. Keduanya atau mungkin keempatnya terkadang menjadi penentu
jadi atau tidaknya sebuah pertemuan, kegiatan, atau bahkan kematian.
Beberapa waktu lalu saya digocek
oleh orang tua saya, h-2 sebelum pulang ke Jakarta mereka meminta saya untuk
menjemput mereka di Bandara bersama 4 tukang lainnya. (Maklum, orang tua saya udah
bingung uangnya mau dikemanain, bikin bisnis ditipu mulu, ga bikin bisnis tetep
ditipu mulu, kasih anak ntar anaknya manja, beri pendidikan buat anak enak aja
lu dulu gue susah lu mau enak-enak sekarang, akhirnya yaudah pergi ke Sumatra
bawa tukang dari Kudus 4 orang naik pesawat buat renovasi rumah nenek,
asiiikkkk.) Oke, saya setujui untuk menjemputnya di bandara pake mobil yang
abis nyodok pantat truk ketika baru seminggu dibeli dan belum ada asuransi.
Ketika hari-H, saya bangun rada
siang, namun saya sudah siap-siap untuk jemput nanti jam 4 sore. Eh eh eh waka waka
eh eh, jam 3 saya dikasih tau sama kakak saya, yang intinya “kamu nanti temenin
om Yasur yaa (nama panjangnya Pediyasur) ke Kudus anterin tukang malem ini.”
IEU MAKSUTNA NAON, BAGONG? Kan saya jemput ortu nanti jam 4 ke bandara. “Ga
jadi, om Yasur yang jemput, gantiin kamu. Habisnya kamu dihubungin ga bisa”
KOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOON.
Akhirnya om Yasur yang jemput. Sip
deh.
Gini loh bebi bala bala
jalakotek, aku kan udach janji yach ke kamu, akoe bakal jemput kamyu jam 4, ya
tunggu ajachh jam segituchhh, nanti juga dihubungi yach sama akuchhh, kenapa
tiba-tiba dengan manjahnyahh kamuch menggantyi akyu dengan om-om yang suka buang
sampah sembarangan ke jalan tol dan ngisi bengsin pake premium? Sedich akuy
tuhchhh kamyu tahuh ga syiechh? Kamyu nga percayah yach samaa akyu,,,? Lebichh sukya
bayar orang layin yachh daripadach percayah ke akooh?
Huft. Cape. Jadi, dari cerita di
atas ditemukan bahwa masalahnya adalah KONFIRMASI. Walaupun saya sudah janji
jam 4 akan berangkat ke bandara, namun ketika pagi hari saya tidak bisa
dihubungi karena hape saya di-airplane mode atau mungkin menghubungi nomer lama saya.
Cerita tersebut hampir mirip
dengan pengalaman saya waktu kuliah dulu ketika ingin hati membantu teman
senior untuk salah satu tugas uas dengan menjadi koresponden tes psikotest pada
jam 8 pagi, namun ketika saya dihubungi jam 6 pagi tidak bisa, karena sekali
lagi HAPE SAYA AIRPLANE MODE agar saya tidak budek dan terkena dampak proyek MK
Ultra Amerika bajingan itu, akhirnya saya tidak jadi mengikuti tes tersebut,
karena doi langsung menghubungi orang lain yang bisa mengikuti tes itu. Saya kan
di situ kan jadi bingung kan. Ini salah saya atau salah orang tua saya yang
telah melahirkan saya ke dunia ini?
Apa penyebabnya sekali lagi?
KONFIRMASI. Membuat saya berpikir, sejauh mana pentingnya konfirmasi itu
ketimbang janji yang sudah disepakati sebelumnya? Oke, kita lihat kasus lain.
Perihal janji. Wah ini lebih sering
lagi nih ke-edan-annya. Sampe Edanne yang nyanyi Kuwakuwi pun kalah edannya
sama masalah ini. Bahkan, apabila ini dilakukan, maka masuklah orang-orang
tersebut dalam golongan orang munafik! Di antara ciri-ciri munafik adalah bila
berjanji dia ingkar. INGKAR JANJI. JANJI YANG DIINGARI. INGKARILAH JAWABAN YANG
PALING BENAR.
Pernah saya minjemin uang ke
senior saya yang orang jauh sana, saya tidak terlalu kenal betul, hanya kisaran
2-3jam mengobrol, namun kita saling tahu satu sama lain dan sering ketemu saat ada
perlombaan teater. Suatu ketika beliyaw mengontak saya dengan konak via IG
untuk meminjam uang sekian untuk bayar kos katanya mah. Karena ketika itu saya
sedang banyak uang dan ingin mengetes apakah ia benar-benar akan menepati
janjinya. (karena perasaan saya dia tidak akan membayarnya juga sih). Akhirnya saya
pinjamkan sekian uang dan dia berjanji untuk membayarnya akhir bulan ini. Oke
dech beb.
Akhir bulan pun tiba, saya coba
menagihnya. Dia masih bisa konfirmasi, tapi tidak dengan janjinya. Dia ingkar
yaAllahhhhhhhhh. Semoga suatu saat uang yang ratusan ribu itu berubah menjadi
ratusan juta bagi saya! Amiin. Dia bilang lagi akan membayarnya awal bulan. Oke
dech beb.
Awal bulan datang, saya tagihlah. Via dm tak dibalas, saya coba komentar di pos fotonya. Dia balas dan
langsung cek dm. Dia ngeles lagi ke Primagama dan WAWWAWW, diundur lagi. Dia masih
baik dengan memberi konfirmasi, tapi tidak dengan janji yang mungkin ingin dia
tepati. Oke dech beb.
Hari yang ditentukan tiba, saya
coba menagih lagi, tak dibalas. Saya coba komen di poto yang baru dia pos, tak
digubris, malah dihapus fotonya. Kan Kon. Tolak angin diminum biar ga kembung. Ya,
begitu, dia tidak menepati janji tapi memberi konfirmasi. Tetap bisa ngeles
sana sini. Mantap deh abang ini.
Cerita lainnya adalah dari
majikan saya nih. Cerita ini selalu terngiang-ngiang di ingatan saya dan mejadi
bahan becandaan atas omongan besar dan kosong dari majikan saya itu. Dulu waktu
kecil saya diiming-imingi untuk diajak liburan ke Anyer dan nginep di hotel.
(Boleh percaya atau tidak, dengan kondisi keuangan keluarga saya yang sangat
mampu sekali ini, sekalipun kami anak-anaknya tidak pernah menginap di hotel
bersama keluarga). Saya senang dan percaya dengan perkataan majikan saya itu. Akhirnya
saya ikut naik mobil. Barang-barang sudah disiapkan, baju ganti, handuk, sampo,
celana renang, dan sebagainya. Ngeeeng berjalan kita menuju tempat tujuan. Namun
di kepala majikanku tujuannya adalah lain.
Kamu tahu apa yang terjadi
selanjutnya? Hehe, si majikan malah bertemu dengan rekannya atau siapa itu aku
lupa, yang jelas di sana saya cuma datang ke rumahnya, disediakan buah kelapa, banyak
ayam berkeliaran, selesai buka kelapa, makan buah kelapa, ambil beberapa buah
kelapa buat dibawa pulang, beli beberapa ayam, ditaruh di bagian belakang
mobil, tepat di belakang kursi saya ada ayam yang terikat dan menahan berak,
kembali ke rumah, tidak ada liburan, tidak ada ke hotel, tidak ada
bersenang-senang, hanya kebohongan. Haha. Saat itu perasaan saya bagaimana? Sedih
dan kecawa. Haha. Saat itu ekspresi majikan bagaimana? Senang dan tertawa. Haha.
Pada kejadian itu berulang kali
dia berikan konfirmasi, konfirmasi, konfirmasi untuk pergi berlibur, namun
nyatanya janji tidak bisa dipenuhi, memang sedari awal dia tidak berniat
membawa saya ke sana. Janji dia hanya pinggir kulit pukimak!
Setelah beberapa kejadian,
muncullah (dibaca mun-cul-lah yaa bukan munculloh) pertanyaan di kepala saya. Mana
lebih penting? Janji atau konfirmasi. Konfirmasi tapi tidak tepat janji adalah
palsu. Tidak konfirmasi dan tidak janji adalah kosong. Konfirmasi dan janji
adalah niscaya. Tidak konfirmasi tapi janji adalah
ya-bisa-aja-sih-sebenernya-asal-ada-kepercayaan-satu-sama-lain.
Tapi, menurut saya, yang
terpenting dari itu semua adalah tepat janji. Namun, lebih baik kalau dibarengi
dengan memberi konfirmasi. Tapi lagiii, perihal konfirmasi agaknya bisa
dibicarakan terlebih dahulu dengan pihak terkait. Misal: janji hari sabtu jam
5. Harap konfirmasi jumat jam 7. Hatur nuhun maderfaker. NAH gitu kan enak. Agar
tak ada saling lempar otak tapi malah masuk ke wastafel dan pengering tangan.
Segitu dulu yang ada di pikiran
saya. Nanti-nanti kita ngobrol lagi. Hus hus hussh.
CH 30-01-19
Comments
Post a Comment