Ada seorang selebtwit yang
mengatakan bahwa angka 30 juta per bulan bagi masyarakat lajang berumur 30an kelas
menengah di Jakarta sudah hal biasa, kemudian dilanjutkan dengan catutan gambar
list kebutuhan dengan total habis 30 juta selama sebulan. Wow. Lalu, berlanjut pembahasan mengenai itu lebih
jauh, ada beberapa wanita yang menyebutkan keinginannya mempunyai calon suami
dengan gaji 30 juta/bulan, menurutnya “ya wajarlah, kebutuhan makin meningkat,
perawatan juga banyak, belum lagi biaya pendidikan, ini itu, babi bube booo.” Wow.
Perihal ini cukup menarik untuk
diikuti tapi juga terlalu buang-buang waktu. Karena, ya ngapain ngurusin
keuangan orang lain, bodo amat lah. Tapi, kalau untuk khayalan seneng-seneng
atau obrolan bersama teman ya mungkin boleh diangkat isu itu.
Kemudian bahasan berlanjut, ada
beberapa laki-laki yang mungkin tidak terima dengan standarisasi yang dilakukan
perempuan dalam pencarian pasangan. (Aduh saya males masukin gambar-gambar keributan
mereka tentang itu. Baca apa yang saya tulis aja ya.) Terus dibales lagi sama
perempuan, dibales lagi sama laki-laki, dibales lagi, rame dah pokoknya, tapi
yaa ga rame-rame banget sampai seperti antara capres ini dan capres itu. Huft,
ga nyangka yaaa mungkin bakal begitu terus tiap lima tahun sekali, atau bahkan
sepanjang tahun.
Nah yang menarik bagi saya dan
menimbulkan pertanyaan bagi saya, “apakah para perempuan yang mematok harga
30jt/bln bagi para calon suami dan para laki-laki yang membutuhkan calon istri
dengan kriteria harus cantik bersih mulus goyangan batu batrei alkaline ketika
menjalani pernikahan (ini pernikahan yaa yang saya maksud, bukan upacaranya,
bukan selebrasinya, tapi keseluruhan pernikahan) akan awet sampai waktunya?
(yang tentu saja waktunya ketika ajal menjemput.)
Karena bagi saya, selain masalah
ekonomi, cinta juga penting. Mari sejenak pikirkan ke depan. Apakah saat saya
melamarmu dengan kondisi keuangan saya 50jt/bulan akan tetap sama atau mungkin
berlebih saat kita di tengah perjalanan pernikahan? Apakah kamu saat menerima
saya dengan kondisi cantik bersih mulus goyangan batu batrei energizer akan
tetap sama atau mungkin berlebih saat kita di tengah perjalanan pernikahan? Apakah
cintaku atau cintamu akan tetap sama selama perjalanan pernikahan? Menurut saya,
hal-hal materil bisa hilang sewaktu-waktu, juga bisa datang secara tiba-tiba. Namun,
cinta dan kasih sayang adalah sebuah pohon yang dipupuk dari sejak awal
hubungan tercipta. Kita bisa menjadikan pohon sebagai tempat kita berteduh dan
berpulang.
Tapi, memang penting juga faktor
ekonomi tuh, banyak terjadi perceraian ya karena ekonomi tidak mencukupi bagi
keluarga.
(di tengah2 gue nulis, terbesit
lah sesuatu, alah lu belum nikah aje bacot bat kek udah ngerasain.)
Ya maaf cuma mau nulis aja
inimah.
Duh jadi bingung, jadi mau buat
puisi sebait:
Sampai kapankah manusia selalu
bingung?
Sampai ia tidur di dalam tanah.
Sampai kapankah manusia berhenti
mencari?
Sampai ia menyatu dengan-Nya.
Pokoknya, dari saya, saya setuju
dengan tweet-tweet thesoundofyogi, perempuan bukan piala yang bisa dibeli pake
besaran gaji. Kalo dari saya, manusia bukan barang dagang, tapi untuk
memelihara kecintaan dan kasih sayang akan lebih baik kalau bersama uwang uwang
uwang. Yang dibutuhkan mungkin kesabaran dan kebutaan akan cinta, biar hubungan
bisa berjalan tanpa uwang. Yaaa intinya sih, punya uang tapi ga boros-boros
amat gitu loh dan ga norak. Yang bahagia-bahagia aja. Apalagi kalo dapet
partner yang bisa saling support. Saling yaa, bukan elu doang yang disupport
mulu anjing!
Lalu, memiliki pasangan dengan
tingkat kenyamanan yang ena, adalah kebahagiaan yang sepenuhnya dititipkan
Tuhan melalui dia.
Comments
Post a Comment