Hai Po
Apa kabar? Terasa baru kemarin
kita berkenalan di bangku belakang kelas kita saat 1 SD, sekarang kamu telah
pergi meninggalkan kami semua. Apa kabar? Bagaimanakah keadaanmu sekarang? Apa yang
kamu lihat dari sana? Bagaimana kamu melihatku? Aku sudah tidak mungkin bisa
melihatmu. Kami semua tidak bisa. Aku harap kamu tenang dan bahagia di sana.
Sekarang kamu sudah tidak bisa
memakan apa-apa saja yang ada di dunia, kelengkeng itu, durian, nangka, mangga
alpukat, seblak pedas, pizza mozarella, bigmac, jus jeruk, sari buah anggur
merah berkarbonasi, es coklat, keripik pedas, bakso keju, lays, mogu-mogu,
bintang redler, semua sudah tidak ada di sana. Tapi tenang saja, kamu tunggu
sebentar seperti malam pertama pengantin baru, hanya sebentar, nanti kamu bisa
meminta apa saja yang ada di bumi ini. Ya, semua kesenangan yang kamu inginkan.
Saat ini malah aku yang belum bisa meminta apa saja yang aku mau. Aku harus
bersabar, Po. Dunia memang tidak adil, tapi di sini juga bukan tempat balap. Tujuan
kita adalah menuju tempatmu, Po.
Tapi, kamu pernah berjanji
kepadaku akan kembali naik gunung, ke pantai, liburan seru, begadang dan
tertawa bersamaku. Dan sekarang kamu malah pergi lebih dulu. Menepati janjimu
kepadaNya. Kamu pergi. Meninggalkan kami semua di sini, di bawah sini dalam
pikiran yang masih tidak percaya. Seolah baru kemarin kita bercanda ria. Po,
kepergianmu sangat mendadak, meskipun aku tahu itu sudah direncanakan oleh
Tuhan. Kami merindukanmu, Po.
Semua senyum yang merekah dari
bibirmu sirna dalam penglihatan tetapi tetap dalam ingatan. Semua kejadian lucu
dan menyedihkan masih tertanam di otak kami. Hal-hal konyol yang kamu lakukan
untuk membuat orang lain senang dan tertawa masih terbayang. Terima kasih telah
membuat kami pernah bahagia berada di dekatmu, Po. Kamu adalah orang yang baik
dan ramah.
Po, kami terkejut bukan main,
rasanya seperti tertabrak kereta commuter line Tanah Abang berangkat pagi. Begitu
sesak dan mendadak. Po, kamu melihat apa sekarang? Kalau kami, sedang melihat
tanahmu. Dirimu ditanam di bawah sana, tapi rohmu tumbuh ke langit. Kamu sudah
selesai sekarang. Tidak ada lagi beban yang menggelayuti tubuh dan pikiranmu. Kamu
menuju fase baru dalam hidupmu. Perjalanan jauh menuju keabadian.
Comments
Post a Comment