Skip to main content

Po

Hai Po

Apa kabar? Terasa baru kemarin kita berkenalan di bangku belakang kelas kita saat 1 SD, sekarang kamu telah pergi meninggalkan kami semua. Apa kabar? Bagaimanakah keadaanmu sekarang? Apa yang kamu lihat dari sana? Bagaimana kamu melihatku? Aku sudah tidak mungkin bisa melihatmu. Kami semua tidak bisa. Aku harap kamu tenang dan bahagia di sana.

Sekarang kamu sudah tidak bisa memakan apa-apa saja yang ada di dunia, kelengkeng itu, durian, nangka, mangga alpukat, seblak pedas, pizza mozarella, bigmac, jus jeruk, sari buah anggur merah berkarbonasi, es coklat, keripik pedas, bakso keju, lays, mogu-mogu, bintang redler, semua sudah tidak ada di sana. Tapi tenang saja, kamu tunggu sebentar seperti malam pertama pengantin baru, hanya sebentar, nanti kamu bisa meminta apa saja yang ada di bumi ini. Ya, semua kesenangan yang kamu inginkan. Saat ini malah aku yang belum bisa meminta apa saja yang aku mau. Aku harus bersabar, Po. Dunia memang tidak adil, tapi di sini juga bukan tempat balap. Tujuan kita adalah menuju tempatmu, Po.

Tapi, kamu pernah berjanji kepadaku akan kembali naik gunung, ke pantai, liburan seru, begadang dan tertawa bersamaku. Dan sekarang kamu malah pergi lebih dulu. Menepati janjimu kepadaNya. Kamu pergi. Meninggalkan kami semua di sini, di bawah sini dalam pikiran yang masih tidak percaya. Seolah baru kemarin kita bercanda ria. Po, kepergianmu sangat mendadak, meskipun aku tahu itu sudah direncanakan oleh Tuhan. Kami merindukanmu, Po.

Semua senyum yang merekah dari bibirmu sirna dalam penglihatan tetapi tetap dalam ingatan. Semua kejadian lucu dan menyedihkan masih tertanam di otak kami. Hal-hal konyol yang kamu lakukan untuk membuat orang lain senang dan tertawa masih terbayang. Terima kasih telah membuat kami pernah bahagia berada di dekatmu, Po. Kamu adalah orang yang baik dan ramah.

Po, kami terkejut bukan main, rasanya seperti tertabrak kereta commuter line Tanah Abang berangkat pagi. Begitu sesak dan mendadak. Po, kamu melihat apa sekarang? Kalau kami, sedang melihat tanahmu. Dirimu ditanam di bawah sana, tapi rohmu tumbuh ke langit. Kamu sudah selesai sekarang. Tidak ada lagi beban yang menggelayuti tubuh dan pikiranmu. Kamu menuju fase baru dalam hidupmu. Perjalanan jauh menuju keabadian.

Comments