Skip to main content

BALI - JOGJA 2 JUTA

Om Swastyastu!

Saya pernah ke Bali. Pertama sebagai pekerja, kedua sebagai wisatawan alias backpackeran. Keduanya sama-sama memberikan kenangan yang berharga dan keduanya sama-sama liburan, tapi yang satu menghasilkan uang, satunya lagi menginvestasikannya ke bentuk rekaman perjalanan. Bahwa nanti bila ada masyarakat yang mengobrol mengenai Bali, saya bisa ngomong dalem hati “Yaa, itu dahhhh” dan “naskleeeeng”.

Untuk liburan kali ini, memakan waktu total 8 hari, tiga kota sekaligus yang dikunjungi, Jogja, Bali, Banyuwangi. Budget yang dihabiskan adalah liat aja di bawah. Daripada berlama-lama mukaddimah, lebih baik dimulai aja ini mah.

Hari 1
Senja dari rumah, saya menggunakan Gojek menuju Halte MBAU, Pancoran. Dari sana saya naik bis Damri menuju Bandara Soekarno-Hatta. Harga tiket bisnya 40k. Nanti bilang aja keneknya, naik pesawat apa atau mau turun di terminal berapa. Perjalanan yang nyaman itu kira-kira 40 menit. Mungkin kalo saya dari Ps.Minggu terus bayarnya 50k bakal jadi 50 menit. Hmm kebetulan? Saya rasa tidak.

Sembari menunggu pesawat datang, saya makan junkfood dulu di KFC, kira-kira segini (40k). Anggaran untuk jajan akan saya tulis terpisah yaa. Kemudian, saya dapat tiket pesawat Air Asia di Traveloka dari Jakarta, kalo dari Bandung jadinya Cai AiSia. Waktu itu harga sekali jalannya 563k, namun dapat diskon jadinya cuma 53400. Kaget ya? Ga deng boong, nolnya kurang satu, jadinya 534k. Rupiah yaa, di sini kalau ada pembaca dari Slovakia harap mengerti, saya pakai kurs RUPIAH.

Pukul 22:35 saya caw, dadah Jakarta, saya sedang melakukan time traveling, karena ketika saya sampai Bandara I Gusti Ngurah Rai, saya lebih tua satu jam dibanding orang-orang emosian itu di Jabodetabek. Saya nginep di Bandara. Indahnya bila miskin, duduk-duduk di pelataran, digigit nyamuk, lihat satpam ganti shift.

.
Biaya: 40k + 534k = 574k
Total: 574k
Jajan: 40k. Total jajan = 40k 
.

Hari 2
Setelah seblay dan luntang lantung semaleman, pagi harinya saya naik bis Sarbagita (4k) untuk menuju Sanur. Saya sempat salah tempat tunggu, ternyata saya menunggu di Kampung Mlayu... ga deng, nunggu di tempat yang sudah tidak digunakan bis untuk berhenti. Sialan! Di sini saya merasa bego karena tidak bertanya ke siapa-siapa. Buat teman-teman, bertanya kepada warga lokal di tempat baru itu sangat membantu, dan jangan lupa untuk selalu sopan, bilang maaf, tolong, dan terima kasih! Lu yang orang dari daerah lain gausah bawa-bawa tabiat jelek lu ke daerah lain ya! Norak bangsat!

Di simpang Sanur, saya beli McD dulu. Saya beli sampe ke saham-sahamnya sekalian. 30k aja. Setelah menunggu sekian jam, pada pukul 9 pagi akhirnya pesanan saya datang. Yaitu motor Honda Beat dapat Sewa dari Vannesa Rental Motor Sanur. Perhari patungannya saya bayar 25k, belum termasuk bengsin yang seharga 13k/hari. Ohiya, ada biaya antar jemputnya seharga 15k. Setelah serah terima jabatan sebagai rider, saya bawa pulang motornya ke penginapan.

Saya nginap di Sanur selatan, sengaja cari di situ biar enak kemana-mana, ga terlalu rame dan macet, ga terlalu jauh dan sepi, juga deket ke Denpasar. Untungnya dapat harga yang ramah di kantong. Saya book dari Airbnb. Untuk pemesanan pertama di Airbnb, saya dapat diskon sebanyak 450k!!! Bayangin! Udeh? Syaratnya gimana? Nih kamu daftar di Airbnb pakai kode nama saya, setelah berhasil langsung otomatis dapat diskon 450k pada pemesanan kamar pertama (berlaku apabila memesan kamar dengan minimal harga 900k-an kalo ga salah deh... Klik DI SINI lumayan kan 40% tuhhh. Total patungan saya untuk 4 malam di sana adalah 320k. Sehari enggak sampe cepe! wow!

Setelah itu saya belanja barang-barang, dan aqua galon isi ulang agar mengirit pengeluaran di makan dan minum. Belanja bahan makan dan minum segalon selama di Bali kurang lebih 120k. Btw saya bawa beras dari rumah. Hahahahhh. Saya dapat galon dan rice cooker dari mana? Makanya punya temen di mana-mana! Makan dan minum juga salah satu pengeluaran yang besar, karena perut kita galak! Untuk makan siang, saya beli di Sari Alit, saya sangat rekomendasikan tempat makan ini. Satu porsinya 20k, sudah termasuk nasi, sate lilit, baso ikan, pepes ikan, dan kuah enak.

Barang-barang sudah di-unpacking, sudah mandi pula, setelah makan siang, saya cabut ke Selatan Bali, tepatnya ke pantai Melasti, melewati Garuda Wisnu Kencana, dan di Pura Luhur Uluwatu menonton tari Kecak. Perjalanan dari Sanur ke sana kira-kira 50menit.


Destinasi pertama, pantai Melasti. Ketika saya ke sana, jalanan dan pantainya tidak terlalu ramai, karena mungkin memang siang terik, ngapain ke pantai siang-siang? Nyari kera? Di sana, saya disuguhkan dengan pemandangan tebing-tebing, dan tentu saja pantainya! Saya tidak berenang juga, takut item doff. Jadi hanya menyisir pantai dan melihat anjing di dekat warung. Setelah puas hanya berfoto-foto (ada juga yang sedang foto Pre-Wedding) saya melanjutkan perjalan. Tiket masuk 6k.


Rencana awal, setelah dari Melasti mau ke pantai Nyang-nyang, tapi sepertinya tidak sempat karena harus mengejar Uluwatu di pukul 4 sore. Saya kasih tahu untuk yang mau menonton kecak, agar tidak kehabisan tiket datanglah sebelum jam 5 dan antri tiket saat jam 5, telat 15 menit aja bakal habis. Saya datang jam 4 agar bisa jalan-jalan keliling Uluwatu, ke ujung tebing sana, lalu kembali ke tempat pertunjukan. Tepat jam 5.20 sore, saya duduk dan menunggu pementasan tari Kecak. Sebagai seorang yang menyukai penampilan teater dan tari tradisional, pertunjukan ini sangat saya tunggu-tunggu. Tiket masuk Pura Uluwatu 30k. Harga tiket Kecak 100k, tapi saya dapet diskon ALHAMDULILLAH, jadinya cuma 60k aja.


Tari kecak dimulai sekitar pukul 5.45 dan selesai pukul 7 malam. Setelah itu saya kembali ke tempat istirahat, mandi biar bersih, dan makan malam. Beres-beres, bobo.
.
Biaya: 4k + (25k X 5hari)= 125k + (13k X 4hari)= 52k + 320k + 6k + 60k + 30k = 597k
Total: 1.171k
Jajan: 30k + 20k + 120k = 170k. Total jajan: 210k
.

Hari 3
Hari ketiga, saya main ke Bali Timur, yaitu ke Pura Lempuyang, Tirtagangga, muterin Amed, Virgin beach, dan terakhir melewati Goa Lawah. Saya yakin mungkin rata-rata wisatawan lokal yang ke Bali tidak pernah menyentuh ujung Amed. Yaa karena emang ga ada apa-apa di sana kecuali tepi pantai di perbukitan dan tanah-tanah yang gersang.

Berangkat pagi hari sekitar pukul 7 pagi. Hal ini dilakukan demi mengejar pemandangan bagus di Pura Lempuyang, karena biasanya setelah pukul 12 akan turun kabut. Kebut ke Lempuyang yang kira-kira butuh waktu 2 jam. Tiket masuknya 20k, ditambah donasi pinjam sarong 10k, parkir 2k. Catatan: kalau mau ke Bali dan mau mengunjungi pura-pura, silakan bawa sarong dan memakainya saat masuk dan selama di dalam pura. Tapi inget! Sarungnya bukan sarung Wadimor atau Gajah Duduk, sayangggg. Pokoknya sarung khas sana. Atau bisa juga menggunakan kain. Pokoknya yang bisa menutupi bagian pinggang ke bawah deh.


Asik, foto di Kori Agung dengan pemandangan gunung Agung, udara sejuk, masyarakatnya ramah, dan pengunjungnya sopan. Setelah beres di Lempuyang, saya lanjut ke Tirtagangga. Sebuah taman dan kolam peninggalan kerajaan Karangasem. Di dalam kolam tersebut terdapat banyak sekali ikan koi. Di ujung sana juga ada kolam pemandian bagi yang mau berendam. Harga tiket masuknya adalah 15k, parkir 2k, saya jajan minuman 7k karena numpang makan siang bawa bekel.


Beres berkeliling kolam dan makan siang, saatnya lanjut menahan pantat yang panas serta pegal menyusuri jalanan Amed. Menurut saya, Amed adalah daerah dengan pemandangan yang bikin kering mata karena gersang dan panasnya, tapi juga bikin basah mata karena keindahannya. Saya merasa seperti di salah satu scene Marlina. Tinggal ditambah rusa nyebrang, buaya ngamuk, dan mba-mba nenteng kepala, fix keren abis! Jalanan di sana sedikit rusak, perbukitan naik turun, dan berkelok-kelok. Saya kalau punya Travel akan buat wisata sepeda gunung di sana.


Setelah melewati rintangan Amed, saya langsung menuju Virgin beach. Pantai yang terletak di desa Bugbug ini menyajikan pantai putih bersih, spesial (karena tidak banyak orang tau, tapi sudah ramai), dan ombak yang berdebur keras, seperti namanya, Sang Perawan. Pantai ini katanya ditemukan oleh seorang Australi. Untuk mencapainya, harus menanjak melewati perbukitan, dan melewati camping ground. Tiket masuknya 10k, parkir 2k. Jajan Coca Cola 10k.


Puas bermain air pantai, mata kering dan kepala pusing, enaknya minum es kelapa di Johnny Cafe. Pokoknya cari aja sederetan warung-warung. Setelah mandi membersihkan pasir yang nempel-nempel aja di kulit ngapain sihhh, saya lanjutkan perjalanan menuju Sanur. Di perjalanan pulang, saya melihat ada upacara umat Hindu. Bali disebut juga dengan kota seribu Pura, karena banyaknya pura yang ada di Bali dan seringnya upacara atau sembahyang yang dilakukan oleh masyarakat Bali.


Melewati Goa Lawah, Pura yang di dalamnya terdapat sebuah goa yang dihuni oleh ribuan kalelawar. Pura ini menjadi khas karena kalelawar tersebut, konon Danghyang Nirartha menjadikan goa tersebut untuk bersemedi dan beribadah. Ketika melawati jalanan di depannya, saya tidak macem-macem kok. Jadi selamat lancar sampai ke Sanur. Budaya turun temurun yang saya lakukan sejak kecil, abis main jauh-jauh dan keringetan, wajib mandi. Kalau abis main deket-deket dan keringetan, mandi wajib.
.
Biaya: 32k + 17k + 12k = 61k
Total: 1.232k
Jajan: 7k + 10k = 17k. Total Jajan: 227k
.

Hari 4
Kalau sekarang, tidak berangkat pagi-pagi sekali, jam 9 pagi sudah cukup mengejar wisata ke Pura Gunung Kawi, Kintamani, Central Ubud juga pasar Ubud, Museum Blanco. Saya main di tengah-tengah aja deh dan sedikit ke utara.



Bagi kalian yang senang dengan tantangan menguatkan paha atas dan bawah, betis kaki, dan pengaturan napas, cocok untuk mendatangi Pura Gunung Kawi, pura dengan ratusan anak tangga. Kalo Gen Halilintar cuma punya 11 anak, Gunung Kawi ini ada ratusan anak tangga yo di sini ada tangga. Untuk sejarahnya, bisa ditanyakan ke Tour Guide terdekat yaa. Tiket masuknya 15k, parkir 2k, donasi sarong 5k.


Selesai menikmati Pura, saya menuju daerah tinggi Kintamani untuk makan siang sambil menikmati gagahnya gunung Batur yang pernah meletus tahun 60-an. Untuk normalnya, masuk Kintamani itu kena 30k, soalnya itu udah jadi salah satu Geopark Batur Kintamani. Tapi bersyukur saya gratis, karena saya muter dulu lewat Lombok, abis itu naik perahu dulu, balapan sama lumba-lumba, naik gunung Batur, lewat lahar hitam, akhirnya sampai di Kintamani. Daerah yang terkenal dengan biji kopi dan anjingnya! Sebenernya ada lagi daerah yang produksi kopi di Bali, yaitu di Banyuatis. Enak kopinya, saya dulu tiap pagi minum kopi itu, alhamdulillah seminggu minum kena asam lambung. Hehe. Jajan kopi di Kintamani 10k.

Monyet lagi mau bersin
Kenyang makan, lanjut ke Ubud. OHIYE, di Bali jangan ngomong kenyang di depan umum, apalagi teriak di restoran. Karena kenyang artinya ngaceng! Sehingga muncullah jokes dari supir saya, ceritanya ada om-om lagi pesen ayam Kentackiey (iye tau salah, biar lucu aje).
Gek: “Pak, mau pesen paha atau dada?”
Om-om nackal: “Yang mana aja asal bikin kenyang.” Yaa saya mau ngga mau ya ketawa. Wlwlwlwl
Lagi ada pameran di salah satu restoran bagus, saya nyusup aja. FYI, lukisan ini harganya ratusan juta rupiah.
Di Ubud saya muter-muter kayak beyblade di atas wajan. Menyusuri simpang Istana Ubud. Kiri-kanan restoran mahal, bule-bule sedang makan, saya nungguin makanan sisa. Lanjut, masuk ke pura di belakang restoran yang pernah saya kunjungi. Ada bunga yang lobang-lobang gitu yang bikin takut orang-orang tyrophobia. Foto-foto dikit, lanjut jalan lagi ke sana. Turunan dikit, ketemu jembatan, saya loncat ke bawah. Oh itu arah buat ke Campuhan. Saya naik lagi. Masuk ke Museum Blanco.


Bagi saya, setidaknya setiap kota yang dikunjungi, yaa datangi salah satu museum atau galeri kenamaan. Sebenarnya ada banyak museum di Bali, namun yang nyaman di kantong saya hanyalah dari Museum Blanco. Harga nya 50k, sudah termasuk welcoming drink, kalau mau welcoming party, sana masuk UKM. Museum ini sekaligus kediaman Pak Blanco, besar sekali dan sejuuuukkkkk. Yaampun, ini kalau main petak umpet pagi-pagi, ketemunya abis Isya. Maaf, tidak boleh berfoto di dalam, ini di luarnya saja.


Balik ke central Ubud lagi, jajan ice cream 5k, lalu mampir ke pasar tradisionalnya. Apakah saya belanja di sana? Oh tentu tidak, karena saya kismin dan sedang ikut gerakan Indonesia Irit Belanja. Setelah melihat-lihat orang seru berbelanja, saya ngeluarin motor dan kembali ke tempat peristirahatan terakhir saya di Bali. Bayar parkir 2k.
.
Biaya: 22k + 50k + 2k = 74k
Total: 1.306k
Jajan: 10k + 5k = 15k. Total Jajan: 242k
.

Hari 5
Hari ini mulainya lebih rada siang lagi. Mulai perjalanan ke daerah Bali tengah ke barat-barat2an dikit pukul 10an. Tujuannya adalah Twin Lake View (Buyan & Tamblingan), Ulun Danu Buyan, Ulun Danu Beratan, Jatiluwih, sunset di Kuta, makan ayam geprek gacoan saya di Batubulan.


Saya ga sarapan, bego kan pantesan? Soalnya saya mau ngejar makan siang di atas danau Buyan dan Tamblingan. Sambil mesen kopi jajan 5k, parkir 2k, dan makan siang gratis, saya menikmati dinginnya iklim di sana. Di danau Tamblingan kita juga bisa trekking dan canoeing. Udah kaga laper, udah foto-foto juga yekan? Turun dah ke bawah dikit. Saya menuju Pura Ulun Danu Buyan. Tapi sayangnya, ekspektasi saya tidak terpenuhi setelah ke sana. Sudah bayar 5k untuk tiket masuk dan 2k untuk parkir, yasudah harus direlakan.

Dulu, di sana itu rumah saya Pak, tapi semenjak ada hulubalang, saya pindah ke Jakarta.
Karena tidak puas dengan sebelumnya, jadinya saya coba masuki Ulun Danu Beratan. Pura ini (jika teman-teman sadar dan memerhatikan) ada di belakang uang kertas Rp.50.000 yang dulu. Pura Ulun Danu Beratan juga sangat terkenal di Eropa dan negara lainnya. Pura ini dibangun di tepi danau Beratan, yang merupakan danau tercetek di Bali. Makna nama dari Ulun Danu Beratan adalah pemimpin danau beratan. Danau dan bukit beratan melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Harga tiket 25k dan parkir 2k.


Cuaca di Beratan, hampir mirip di Lempuyang, kalo apes, yaa kabut turun. Tapi suasananya adem dan sejuk, saya kemarin jogging di atas danau ga keringetan, tapi ilang. Udah beberes pakaian, udah rapi, saatnya caw lagi ke Jatiluwih.

Jutiluwih mendapatkan gelar dari Unesco sebagai Unesco World Heritage (Properties Cultural Landscape) atau warisan dunia di bidang budaya. Dikenal dengan persawahan yang menggunakan sistem Subak. Subak adalah suatu sistem irigasi yang banyak diterapkan sawah-sawah di perbukitan, di mana air dapat mengalir dari satu petak ke petak lainnya, dari atas ke bawah, mengairi semuanya. Singkatnya, panen satu, panen semua. Trek di Jatiluwih ada yang cuma 1 km, ada yang 2 km, ada juga yang 5 km. Lumayan kalau buat jogging, pastilah menyejukan paru-paru dan juga mata. Jadi pengen buat lomba lari pake karung goni. Tiket masuk 15k parkir 2k.

Ettt, untung enggak kena nih tai uler.
Kelar berkeliling sawah, bahagia. Orang kota kan gitu, seneng aje liat yang ijo-ijo, ganja ditanem, dibakar, bahagia sekelurahan. Tapi menurut saya memang bagus sekali sih, harus wajib dijaga dan dilestarikan sawah-sawah di Indonesia. Beres dari Jatiluwih, sambil menunggu senja kembali ke peraduan, kala matahari tergantikan bulan, kopi dipindah tangan, aku duduk sendirian, di pinggir pantai Kuta rada tepian. Bengong aja di sana. Kadang ngeliat anjing lari-larian, tapi sama pacar barunya. Bangsat. Mending beli snack dulu buat di pantai yoman. abis 25k.


Masuk Kuta mah gratis, parkir motornya yang bayar 2 ribu aja kok. Belakang pantai langsung ada Mal dan Hardrock dan toko-toko mewah, rada sonoan lagi udah mulai gang-gang sempit gelap, penginapan murah, bule-bule miskin mabuk dan ngobrol, bule Australia petakilan, warga lokal akrab dengan turis. Sanaan lagi ada Monumen Tragedi Kemanusiaan, yang memperingati tragedi Bom Bali. Sederetan dari itu banyak klub-klub malam, orang-orang bercampur berbahagia.

Setelah puas menyusuri jalan, saya kembali ke parkiran motor untuk ambil motor sewaan, lalu kembali pulang ke kamar. Istirahat, besok masih harus berliburan.


Sampai di kamar, saya laper dan mau beli ayam geprek inceran saya di Batubulan. Ayam geprek pedas manis lezat kesukaan saya. Harganya 18k. Ayamnya besar, nasinya hangat kecuali kalo didiemin di bawah ac, bumbunya mantap. REKOMENDASI AYAM GEPREK DARI SAYA. Nih, lokasinya DI SEBERANG INDOMARET BATU BULAN YA! Indomaret yang deket jalan Pasekan. Asli cobain. Walaupun bukan makanan khas, tapi menurut gue enak. Bodo amat.
.
Biaya: 7k + 7k + 27k + 17k + 2k = 60k
Total: 1.366k
Jajan: 18k + 25k = 43k. Total jajan: 285k
.

Hari 6
Bangun hari ini rada males-malesan karena udah mau caw dari hotel, lanjut perjalanan ke Jogja. Bermanja-manja pagi dulu, bengong, nyemil, nonton tv sebentar, abis itu mandi dan siap2. Barang-barang di-packing kembali, apa yang harus dibawa ya dibungkus, apa yang harus dikembalikan juga dibersihkan. Terima kasih barang-barang seniorku yang sudah membantuku hidup di sini. Dadah kamar nyaman dari Ibu Ida, nanti kalau saya ke Bali lagi saya pasti nginep di sini lagi, pastinya dengan harga diskon lagi hehe.

Setelah sudah mengembalikan barang semuanya. Saya berhenti dulu di Kopi Made, ngopi yang 30k aja. Pesan kopi dan mengobrol. Membuat siasat baru. Apakah ada pameran di dekat-dekat sini? Dan wow, untungnya ada pameran di Cushcush Gallery. Alhamdulillah kunjungan seni lagi secara gratis. Lumayan dapat melihat karya banyak dan kolektif, saya beli juga oleh-oleh dari sana beruba kayu dan kata-kata filosofisnya. Sebagai kenang-kenangan.

eh, kenawhy bli?
Udah rada sore, saatnya balikin motor di terminal Ubung. Nah, keuntungan si Vanessa Motor ini itu bisa antar jemput. Pokoknya yahud. Cie masarin aje gue. Diskon dong Bli...

Dari terminal Ubung, sengaja pilih yang agak sore atau malam, karena di Banyuwangi dapat kereta yang cuma subuh-subuh. Perjalanan dari Ubung, Denpasar ke Gilimanuk makan waktu 4 jam tanpa tol dan ac. Bisnya biasa aja, kadang ga pake rem. Bayarnya 40k alhamdulillah selamat.
Sampai di terminal Gilimanuk kira-kira jam 9 malam. Jalan ke ujung sedikit, sudah sampai ke tempat penyebrangan Ferry Salim. Langsung pesen tiket, harganya cuma 7k. Kasih lihat ktp, bayar, dapet tiket. Nunggu Ferrynya cepet, karena setiap 30 menit ada aja Ferry yang jalan. Ferry Paling malem kalo gasalah jam 2 apa ya? Gue lupa.


Duduk di bangku kapal, madep belakang, liatin laut, buka bekel, langsung makan nasi goreng buatan pribadi. Beuhhh. Kenyang. Irit budget. Abis tu, langsung deh berkhayal, wah kalau kapalnya tenggelem seru nih, masup tipi. Wah kalau gue jadi krunya Luffy enak kali ye, gue mah bagian jaga malem aja sambil main Fifa. Wah kalau gue jadi pelaut beneran di pesiar hmmm gue masih ngarep sih sebenernya. Tapi yaudahlah, udahin aja berkhayalnya.


Kapal sudah merapat ke dermaga, saatnya turun. Masuk daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Ketika keluar dari pelabuhan, ada beberapa orang yang menawari ojek atau penginapan. Saya memilih untuk solat dulu di Mesjid seberang, setelah itu bermalam di Indomaret 24jam. Pikir saya, yasudah sekarang begadang, entar kan bisa tidur di kereta lama-lamaaaaaa. Di Indomaret saya jajan dong, beli Le Minerale 2 harga 12k, sama ciki apaan yaa lupa. Taruhlah buat jajan 20k. EH GUE NEMU DUIT DI SINI WKWKWKK LUMAYAN GOCAP. Gausah dimasukin itungan yee.
.
Biaya: 40k + 7k = 47k
Total: 1.413k
Jajan: 30k + 20k = 50k. Total jajan: 335k
.

Hari 7
BUAAANGGGUUUUNNNN. Ga deng, boong. Orang belum tidur. Saya masih di depan Indomaret bersama barang bawaan saya. Ada juga mas-mas Banyuwangi yang nyamperin saya, numpang ngecharge katanya, tapi sambil main gim di hapenya. Dia ojek motor online, entar jam 2an, dia mau nyuntik. Lumayan, dari Gilimanuk ke Denpasar. Yaudah ngobrol biasa. Gambar-gambar di buku, buka hape, nyemil, dll. Nambah jajanan dan kopi. Mungkin 20k lagi.

Dug dug dug, azan subuh. Solat dan mandi di mesjid yang tadi. Belum tidur udah mandi. Ngeri masuk angin aje inih... tapi gas udeh. Jalan sedikit mungkin 300 meter ke Stasiun Banyuwangi Baru. Di depan ada Ibu-Ibu jualan sarapan, saya beli dua bungkus aja langsung, satu di makan pagi ini, satunya lagi untuk siang hari. Hehehe. Ngirit harus. Harga perbungkusnya 6 ribu kalo gasalah. Totalnya jadi 12k. Saya menghindari sekali beli makanan di kereta, karena harganya mahal dan rasanya tidak begitu enak. Tapi, harga tiket keretanya adalah 87k. Udah termasuk diskon hehe.


Wah ada fajar menampol wajah saya di pagi hari, saya bales tampol pake senyuman, cie gitu, jiji tai. Foto cekrek kecrek dikit, masuk ke dalem stasiun, pipis dulu, baru masuk kereta ekonomi yang tempat duduknye tegak kayak postur tubuh Tamtama.

Di perjalanan mah biasa saja, banyak pemandangan pada umumnya, sawah pohon, di kejauhan ada Gunung tinggi sekali, lalu lewat Sidoarjo Surabaya, tanggul-tanggul penahan lumpur masih ada, Sidoarja masih menjadi kota lumpur. Kasihan.


Kereta sempet berhenti sebentar, tidak lupa membeli Roti O’ dan cilok abang-abang, 16k, habis tu lanjut jalan lagi.... setelah jalan selama berapa jam tuh dari jam 06.30 sampai jam 19.25 itung aja sendiri. Sesampainya di Jogja, aduh pegel juga nih pantat. Jalan kaki enak kali ye. Menuju hotel bayar seharinya 90k. Lebih mahal ini malahan daripada yang di Bali. Mana kamarnya gitu doang. Ga asik. Tapi yaa cukuplah buat rebahan.

Laper nih, enaknya makan Mie Godog ye kan? Karena mau nyari Oseng Mercon kejauhan. Saya jalan-jalan malem keliling sekitaran Malioboro, berhenti di Mie Godog Bakmi Kadin. Kepala dinas. Kalau tidak, jadinya Bakmi Kadit. Ye gt. Menurut saya nihhhhhhhh, kalau ke Jogja harus ke sini sih. Bakminye enak, mau goreng atau rebus, dua-duanya juara. Ada keroncongannye juga. Asik parah dah. Cuma yaaa fasilitasnya kurang, kebersihannya juga biasa aja, pencahaannya juga redup. Tapi Mienya enak. Kalau engga salah harganya itu 25k deh, sama teh manis taruhlah 5k yaa...


Sehabis kenyang makan, muter-muter dulu ye kan. Lewat Malioboro, ada yang main musik pakai alat musik tradisional, ada juga penarinya. Yang cowonya parah euy, enak banget jogetannya. Lihay gitu badannya. Bagus deh. Cewenya juga. Sigana mah urang sunda ieu barudak. Cape jalan-jalan, yaudah istirahat. Balik ke hotel, ya mandi, ya tidur.

.
Biaya: 87k + 90k = 127k
Total: 1.540k
Jajan: 20k + 12k + 16k + 30k = 78k. Total jajan: 413k
.

Hari 8
Sekarang bangunnya juga enggak diworo-woro. Gitu dah. Abis mandi mau cari Pecel di depan pasar Beringharjo. Sekalian belanja-belanja ganteng. Bisa beli celana batik yang dipakenya cuma buat tidur atau beli kemeja Jawa yang bisa dipamerin pas ada acara seni. Sisanya mah beli bakpia PATHOKK PAK EKOOOO.

Keluar hotel, salim ke yang jaga. Dadahhh, aku akan kangen Jogja beserta Living Costnyaaa! Saya jalan sesuai rencana. Kalau engga sesuai yaaa gapapa, namanya juga libur, improv lahhh, kemana kek, nyasar ke Lombok juga gapapa.


Ini udaranya rada panas. Solat zuhur dulu, barangkali jadi adem. Bismillah. Kelar solat, sama aja hehe. Yaudah gas cari tukang pecel Malioboro. Wah ada nih. Sikat langsung. Kepala Ibunye gue sikat pake uang gocapan tapi kembali. Enak sebenernya makan di situ, rame juga. Tapi yang ngeselin mah pengamennya!!! Bisa diitung, laler yang datengin gue sama pengamen yang datengin gue banyakan pengamennya. Mana ada yang sampe muter 4 kali. Pas giliran ke gue, bilang aja “kan udah tadi broowwww-,,-“ lu kate gue Kabbah diputerin mulu. Untuk harga pecelnya sendiri variatif, makin banyak variannya, makin mahal. Aku mah yang biasa-biasa aja, sama es jeruknya satu nggih Mbak. Total 25k ya. Oke matur nuwun.

Kemana lagi ya? Bingung kalau engga ada kendaraan, sedangkan kereta berangkat jam 15.20. Harganya 67k. Ya sudah langsung aja ke stasiun. Ngadem. Tidak lupa sebelumnya beli bekal nasi ayam rice chicken. Harganya 16k. Beli air seliter juga satu botol 8k. Harganya jadi mahal emang kalo deket-deket stasiun atau terminal.

Udah sekarang mah engga terlalu bertingkah. Banyak diem sama lemes aje karena panas. Kagak banyak foto juga. Di dalem stasiun, ngeliatin orang mondar mandir. Yahhh sedih. Besok harus udahan. Gamau. Maunya liburan aja terus. Ya Tuhan kenapa liburan itu enak dan enggak dosa. Tapi uangnya kepake lumayan.... Pengen liburan gratis ya Tuhan. Please ini mah euy.

Ketika ku bengong-bengong wawh aku terkaget, ternyata sudah mau naik kereta saja. Seperti ritual sebelumnya, pipis dulu sebelum perjalanan jauh. Biar kalo kecelakan tuh fokus mikirin keselamatan diri aja, bukan malah nyari semak buat pipis.... Dadah Lempuyangan, saya salim dulu ke masinis dan satpam kereta. Saatnya saya cabut..... Dahhhhhhhhhh.


Boong deng, ini kan masih di hari yang sama. Jadi masih lanjut. Nah perjalanan sore ini mah, ya gitu, anteng aja. Biasalah kalo ekonomi kan, dapet orang-orangnya yang ekonomi juga. Rada bosen sih. Soalnya gelap aja terus. Paling kegiatannya wudhu di wc, abis itu solat menghadap Allah, bukan ke kiblat lagi inimah. Bret bret bret, pokoknya jalan terus. Sampai di Jatinegara jam setengah dua pagi. Lanjut SOTR sabi kali bosss. Tapi enggak ah. Capek. Pesen gojek 10k aja abis itu ke rumah.

.
Biaya: 67k + 10k = 77k
Total: 1.617k
Jajan: 25k + 16k + 8k = 49k. Total jajan: 462k
.
Jumlah total semuanya: 1.617k + 462k = 2.079k
.
.
.
NAHHH, mungkin inilah akhir perjalananku di liburan tahun 2018. Nantikan liburan aku di tahun 2019. Cielah amin. Bentar ye. Belom dapet momen liburannye nih. Pengen kemping ceria atau kemping glamour di pantai lagi deh. Ohiye. Sebelumnya eug udah pernah kemping cantik di pulau Pari dan pulau Dolphin (anaknya pulau Harapan). Di pulau Dolphin nih yang gue kepatok Pari. Seru kali kalau diceritain nih entar ye.

Intinya, kita bisa ngirit se-ngirit-ngiritnya asal menurunkan ego dan gengsi serendah-rendahnya. Tapi jangan rendah-rendah banget. Kalo laper tahan. Kalo mati, yaudah sih di ktp ada kolom agama, bisa dimakamin secara agamanya. Abis itu, relasi temen di tempat tujuan juga penting. Waktu saya ke JOGJA ongkos penginapan sama sekali enggak ada. Semuanya free. Gara-gara teman dan saudara. Makanya. Abis itu, kalau bisa mah jajan-jajan dikurangi. Perbanyak foto-foto saja. Tapi jangan rese juga lu jadi orang foto-foto gatau adab.

Yaa sudah yaa para sahabat, segitu dulu cerita dari saya. Nanti kita info-info lagi dengan kawan. Selamat malam :)

Comments