Skip to main content

B - 9


Dari halaman rumah kupijit tombol starter supra X 125 supaya mesin motor menyala dan siap menerima perintah. Kusiapkan satu helm lagi untuk jaga-jaga apabila di tengah jalan kepalaku hilang. Sekiranya mesin sudah panas, motor kubawa keluar lalu kututup pintu. Lurus ke jalan sempit melewati jembatan yang kalinya akan meluap apabila hujan 2 jam saja, jalan agak menanjak dan harus bilang permisi ketika bertemu manusia lain, berbelok lalu menuju jalan utama.

Masih mengikuti jalan hingga mentok pertigaan, di sebelah kiri ada gedung baru Ruangguru tempat si Asep kerja di posisi IT, lurusss terus dan sedikit berkelok seperti ular kelaparan, melewati RSUD Tebet yang dulunya Puskesmas tempat aku langganan bolak-balik periksa gigi. Lewati pom bensin yang katanya curang, lanjut hingga bertemu patung Pancoran. Seperti lawakan bapak-bapak, kalau malem patungnya turun karena capek atau ganti shift. Heittt belok ke kanan biasanya ada polisi ona ono, selalu macet karena/tanpa pembangunan, entah nanti jalanan di Jakarta hanya milik pengendara mobil atau semua masyarakat, melihat saban hari dibuat jalan layang terus.

Jangan terlewat sampai ke gedung DPR, cukup belok di Tandean dan naik flyover. Aku selalu penasaran ingin mencoba jalanan Transjakarta yang tingginya ada mungkin 6 lantai. Suatu saat aku coba masuk ke bus itu untuk melihat lihat Jakarta dari ketinggian. Lalu, jangan juga belok ke Kemang, belum cukup uang untuk senang-senang. Masih ikuti jalan, jika ketemu lampu merah, salam dan belok ke kiri. Meskipun dulu kalau ke kiri akan dipenjara atau dibunuh, tapi sekarang harus diikuti apabila tidak ingin nyasar. Tapi sayang tidak kita lewati tempat baru nan gaul untuk nongkrong, yaitu M Blok.

Lanjut ke jalanan di mana orang-orang kaya bertengger, jalanan sempit mobil makin banyak. Lurus terus, nanti ketemu lagi jalan layang buat belok ke kiri. Nah yang ini juga jangan sampai kegocek, harus mau puter balik lalu langsung ambil kiri lagi. Kenapa sih demen banget ke kiri? Tunggu sebentar, setelah melewati rumah-rumah mahal dan bagus, mobil-mobil mewah yang belum tentu mereka yang bayar pajak, dan penjaga yang siap dengan senjata, kita akan ambil kanan, tangan yang disukai Tuhan.

Bak melihat keluar dari jendela hotel, kita kembali ke luar menemui hunian kaum bawah. Itu mentok, tidak boleh lurus apalagi ke kanan, terpaksa banting stir ke kiri. 2 tahun lalu tengah jalan itu masih beton tak berfungsi, sekarang menjadi penyangga jalanan bus. Tetap di posisi kanan agar tidak melewati jalan rusak di lajur kiri. Di lampu merah bisa melihat Richeese Factory, jangan mampir, nanti jadi lama. Lebih baik ke kanan lalu lurus terus ke Haji Nawi, ketemu lagi jalanan sempit tanpa trotoar tapi mobil luber. Tetap ikuti hingga bertemu perempatan PIM. Dulunya mal itu tempat anak gaul Jakarta hangout. Aku sih hampir ga pernah. Maklum anak STM.

Nyebrang, gojlak gajluk, lewat gedung Intercontinental, masuk jalanan komplek yang polisi tidurnya ada ribuan, nanti belok kanan ke rumah Ahmad Dhani. Kemudian bertemu perbatasan yang seperti melihat antara si kaya dan si miskin. Lalu ketemu jalan utama lagi, belok kiri ettt abis itu belok kanan lagi. Pasti selalu ada Pak Ogah. Kalau setiap 2 menit dia mendapatkan seribu, berarti dalam satu jam bisa dapat 30 ribu, 5 jam dapat 150 ribu, lumayan buat beli ciu.

Kalau pakai mobil terus masuk jalanan situ, malesin banget. Karena ngantri dan sempit. Lebih baik motor, turunan, banyak rumah dijual, lewatin jembatan, ketemu mesjid di kiri, tapi aku pilih ke kanan, masuk terowongan, langsung hoppp tanjakan sambil belok ke kiri nabrak jeglukan. Ini jalan tikus yang kita bisa lihat orang-orang di sana kalau siang pada bengong. Jangan kita gangguin, jalan terus meskipun shockbreaker udah bete. Oh iya, di sebelah kiri ada rumah dengan halaman luas yang mungkin bisa dipakai persami. Sabar, gausah kepingin kemping tiba-tiba.

Bwahhh, keluar ketemu jalan raya lagi, ada Factory Outlet, SPBU, tempat cuci mobil. Lampu merah selesai harus ambil kanan, kalau lurus mah balik lagi. Dari sini tinggal lurussss aja sampe Wiranto jadi presiden. Kiranya apa saja yang dilewati?

Mari kita sebutkan satu persatu, Blenger Burger, Kedai Kopi Kani, Indomaret, Ayam Goreng Pak Gembus, Warung Steak & Shake, Alfamart, Spesial Sambal, Bintaro Plaza, Mesjid Bintaro, Indomaret lagi, STAN, Martabak Orins, Alfamart lagi, Kebab Baba Rafi, toko kue Clairmont, Holland Bakery, Hari Hari Swalayan, kalau ke sonoan lagi ada BXC, The Body Shop Indonesia, BTC, Pasar Modern, Giant, toko jual bahan kue, Pom Bensin self service, Burger King, Mc Donalds, Tempat Kopi di Rooftop, Alfamart lagi, gerobak Takoyaki, PHX Bintaro, Kedai Kopi Kani, Janji Jiwa, Nasi Uduk Pak John, Apotik K24, PSY Steamboat, Indomaret lagi, Kopi Praja kalau lurus, kan kita belok, martabak malem2, seblak, Soto Ayam atau pecel, Alfamart lagi dengan atm BNI, petshop, Indomaret lagi, Komplek Villa atau Komplek Puri gitu, Mesjid Al Muawanah, lalu belok ke sana. Jalan terus hingga ada yang menjemput di depan rumah.

Aku tersenyum.

Comments

Post a Comment